MAKALAH KOMPONEN ARSITEKTUR DSS
NAMA : FEBRI RIZKY ROMADHON
NIM : 2014-31-084
KELAS : F
DOSEN : HENGKI SIKUMBANG,S.E.MMSI
S1 T.INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNIK - PLN
JAKARTA
2017
DSS
Sistem informasi yang digunakan untuk menyediakan
informasi bagi para pemakai di suatu
organisasi dapat dibedakan menurut
dukungan terhadap berbagai level manajemen maupun
area fungsional (departemen).
Salah satu jenis sistem aplikasi yang sangat popular di kalangan
manajemen
perusahaan adalah Decision Support System atau disingkat DSS.
Sistem Pendukung Keputusan
(SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem
yang mampu
memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian
untuk
masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini
digunakan untuk
membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur
dan situasi yang tidak terstruktur,
dimana tak seorangpun tahu secara pasti
bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).
SPK bertujuan untuk menyediakan informasi,
membimbing, memberikan prediksi serta
mengarahkan kepada pengguna informasi
agar dapat melakukan pengambilan keputusan
dengan lebih baik.
1.PENDAHULUAN
Sistem
informasi yang digunakan untuk menyediakan informasi bagi para pemakai
di suatu
organisasi dapat dibedakan menurut dukungan terhadap berbagai level manajemen
maupun area fungsional (departemen). Salah satu jenis sistem aplikasi yang
sangat popular
di kalangan manajemen perusahaan adalah Decision Support System
atau disingkat DSS.
DSS (Decision Support System) merupakan jenis sistem
informasi yang diklasifikasikan
menurut dukungan terhadap level manajemen.
DSS ini merupakan suatu sistem informasi yang diharapkan dapat membantu
manajemen
dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang perlu ditekankan di sini
adalah bahwa keberadaan
DSS bukan untuk menggantikan tugas-tugas manajer,
tetapi untuk menjadi sarana penunjang
(tools) bagi mereka. Jadi fungsinya adalah
untuk membantu mengambil keputusan dengan
menyediakan informasi, model, atau
perangkat untuk menganalisa informasi. Sistem
inilah yang mendukung keputusan
semiterstruktur dan tak terstruktur.
DSS
( Decision Support System ) atau biasa disebut Sistem Pengambilan Keputusan
(SPK),
pada awalnya mempunyai defini: suatu sistem yg menyediakan sarana bagi
para manajer
untuk mengembangkan informasi sesuai dengan keputusan yg akan
dibuat. Tujuannya adalah
untuk menunjang keputusan-keputusan yang relatif tidak
terstruktur (unstructured). Agar
berhasil mencapai tujuannya maka sistem
tersebut harus:
(1)
sederhana
(2)
robust
(3)
mudah untuk dikontrol
(4)
mudah beradaptasi
(5)
lengkap pada hal-hal penting
(6)
mudah berkomunikasi dengannya.
Secara
implisit juga berarti bahwa sistem ini harus berbasis komputer dan digunakan
sebagai
tambahan dari kemampuan penyelesaian masalah dari seseorang. Definisi
lain dari DSS adalah:
1)
sistem tambahan
2)
mampu mendukung analisis data secara ad hoc
dan pemodelan keputusan
3)
berorientasi pada perencanaan masa depan dan
4)
digunakan pada interval yang tak teratur atau
tak terencanakan.
Sedangkan Menurut Keen dan Scoot Morton,
Sistem Pendukung Keputusan merupakan
penggabungan sumber-sumber kecerdasan
individu dengan kemampuan komponen untuk
memperbaiki kualitas keputusan yang
berbasis komputer untuk manajemen pengambilan
keputusan yang menangani
masalah-masalah semi struktur.
Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS dengan
cukup baik, sebagai sistem
yang memiliki lima karakteristik utama (Sprague
et.al., 1993) :
1)
Sistem yang berbasis komputer
2)
Dipergunakan untuk membantu para pengambil
keputusan
3)
Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang
“mustahil” dilakukan dengan
kalkulasi manual
4)
Melalui cara simulasi yang interaktif
5)
Dimana data dan model analisis sebagai
komponen utama.
Karakteristik 4 dan 5
merupakan fasilitas baru yang ditawarkan oleh DSS belakangan
ini sesuai dengan
perkembangan terakhir kemajuan perangkat komputer. Dari beberapa
pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa Decision Support System (DSS) bukan merupakan
alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu
mengambil keputusan
dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang
telah diolah dengan relevan
dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang
suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat.
Sehingga sistem ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam
proses pembuatan
keputusan.
2. PEMBAHASAN
DSS (Decision
Support System)
2.1. Arsitektur
(komponen/subsistem)
Secara
garis besar DSS dibangun oleh tiga komponen besar:
1)
Database
Database
berisi kumpulan dari semua data bisnis yang dimiliki perusahaan, baik yang
berasal dari transaksi sehari-hari, maupun data dasar (master file). Untuk
keperluan DSS,
diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan melalui simulasi
dan diatur oleh software yang disebut Database
Management System (DBMS)
2)
Model Base
Model
Base atau suatu model yang merepresentasikan permasalahan ke dalam format
kuantitatif
(misal: model matematika) sebagai dasar simulasi atau pengambilan
keputusan, termasuk
di dalamnya tujuan dari permasalahan (obyektif),
komponen-komponen terkait, batasan-batasan
yang ada (constraints), dan hal-hal
terkait lainnya.
3)
Communication (dialog subsystem/user interface)
Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya
fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem
yang terpasang dengan pengguna
secara interaktif, yang dikenal dengan subsistem dialog.
Melalui subsistem
dialog, sistem diimplementasikan sehingga pengguna/user dapat berkomunikasi
dan
memberikan perintah pada DSS melalui subsistem yang dibuat ini yaitu dengan
menyediakan antarmuka.
Fasilitas
yang dimiliki oleh subsistem dialog dibagi menjadi tiga komponen :
1.
Bahasa aksi (action language), yaitu suatu
perangkat lunak yang dapat digunakan oleh user
untuk berkomunikasi dengan
sistem, yang dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti
keyboard,
joystick dan keyfunction yang lainnya.
2.
Bahasa tampilan (display and presentation
language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi
sebagai sarana untuk
menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan
tampilan ini
diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain.
3.
Basis pengetahuan (knowladge base), yaitu
bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna
sehingga sistem yang dirancang dapat
berfungsi secara interaktif.
4.
Knowledge Management, yaitu Subsistem
optional ini mendukung subsistem lain atau
bertindak sebagai komponen yang
berdiri sendiri.
Dibawah ini adalah model konseptual Decision Support System (DSS):
2.2Karakteristik
Menurut
Sprague dan Carlson, DSS memiliki lima karakteristik utama (Sprague et.al.,
1993) yaitu :
1)
Sistem yang berbasis komputer
2)
Dipergunakan untuk membantu para pengambil
keputusan
3)
Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang
“mustahil” dilakukan dengan
kalkulasi manual
4)
Melalui cara simulasi yang interaktif
5)
Dimana data dan model analisis sebagai
komponen utama.
Karakteristik
4 dan 5 merupakan fasilitas baru yang ditawarkan oleh DSS belakangan ini sesuai
dengan perkembangan terakhir kemajuan perangkat komputer.
Dari
pengertian Sistem Pendukung Keputusan maka dapat ditentukan karakteristiknya
antara lain :
1.
Mendukung proses pengambilan keputusan,
menitik beratkan pada management by perception
2.
Adanya interface manusia / mesin dimana
manusia (user) tetap memegang kontrol proses
pengambilan keputusan
3.
Mendukung pengambilan keputusan untuk
membahas masalah terstruktur, semi terstruktur
dan tak struktur
4.
Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh
informasi sesuai dengan kebutuhan
5.
Memiliki subsistem - subsistem yang
terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi
sebagai kesatuan item
6.
Membutuhkan struktur data komprehensif yang
dapat melayani kebutuhan informasi seluruh
tingkatan manajemen
Berikut
adalah bagan karakteristik dan kemampuan ideal suatu DSS :
a.
DSS menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan
utamanya pada situasi semi-terstruktur
dan tak terstruktur dengan memadukan
pertimbangan manusia dan informasi terkomputerisasi.
b.
Dukungan disediakan untuk berbagai level
manajerial yang berbeda, mulai dari pimpinan
puncak sampai dari manajer lapangan.
c.
Dukungan disediakan bagi individu dan juga
group.
d.
DSS menyediakan dukungan ke berbagai
keputusan yang berurutan atau saling berkait.
e.
DSS mendukung berbagai fase proses
pengambilan keputusan: intelligence, design, choice.
f.
DSS mendukung berbagai proses pengambilan
keputusan dan style yang berbeda-beda.
g.
DSS selalu bisa beradaptasi sepanjang masa.
h.
DSS mudah untuk digunakan.
i.
DSS mencoba untuk meningkatkan efektivitas
dari pengambilan keputusan (akurasi, jangka
waktu, kualitas), lebih daripada
efisiensi yang bisa diperoleh (biaya mengambil keputusan).
j.
Pengambil keputusan memiliki kontrol
menyeluruh terhadap semua langkah proses
pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan masalah.
k.
DSS mengarah pada pembelajaran, yaitu
mengarah pada penyempurnaan sistem dan kebutuhan baru.
l.
User/pengguna harus mampu menyusun sendiri
sistem yang sederhana.
m.
DSS biasanya mendayagunakan berbagai model
(standart atau sesuai keinginan user)
dalam menganalisis berbagai keputusan.
n.
DSS dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan
komponen knowledge yang bisa memberikan solusi
yang efisien dan efektif.
2.3 Cara kerja system
Menurut
Herbert A. Simon ( Kadarsah, 2002:15-16 ),
tahap-tahap
yang harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan (DSS) sebagai
berikut:
1.
Tahap Pemahaman ( Inteligence Phace )
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika
serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses
dan diuji dalam
rangka mengidentifikasikan masalah.
2.
Tahap Perancangan ( Design Phace )
Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan /
solusi yang
dapat diambil. Hal tersebut merupakan representasi kejadian nyata
yang disederhanakan,
sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk mengetahui
keakuratan model dalam
meneliti masalah yang ada.
3.
Tahap Pemilihan ( Choice Phace )
Pada tahap ini dilakukan pemilihan terhadap berbagai alternatif solusi yang
dimunculkan pada
tahap perencanaan agar ditentukan / dengan memperhatikan
kriteria - kriteria berdasarkan tujuan
yang akan dicapai.
4.
Tahap Impelementasi ( Implementation Phace )
Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada
tahap
perancanagan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih
pada tahap pemilihan.
3. APLIKASI TERAPAN DSS (Decision Support System)
DSS merupakan bagian dari sistem informasi berbasis komputer, termasuk sistem
berbasis
pengetahuan (manajemen pengetahuan), sehingga DSS sangat popular di kalangan
manajemen perusahaan. Sistem informasi sangat penting untuk mendukung proses
pengambilan
keputusan . Dimana system informasi mempunyai tujuan untuk
mendukung sebuah aplikasi
Decision Support System (DSS).
Berikut
adalah beberapa contoh kasus yang menggunakan DSS :
1.
DSS untuk proses kenaikan jabatan dan
perencanaan karir pada PT. X
Salah satu contoh yang akan disorot dalam hal ini adalah cara pemilihan
karyawan
yang sesuai dengan kriteria yang ada pada suatu jabatan tertentu. Oleh
karena itu diperlukan
suatu sistem pendukung keputusan untuk proses profile
matching dan analisis gap yang
dibuat berdasarkan data dan norma-norma SDM yang
terdapat di PT. X.
Proses
Profile Matching dilakukan untuk menentukan rekomendasi karyawan dalam
Sistem
Kenaikan Jabatan dan Perencanaan Karir berdasar pada 3 aspek yaitu Kapasitas
Intelektual, Sikap Kerja dan Perilaku. Hasil dari proses ini berupa ranking
karyawan
sebagai rekomendasi bagi pengambil keputusan untuk memilih karyawan
yang cocok pada
jabatan yang kosong tersebut. Software ini dibuat dengan
menggunakan Microsoft Access 2000
untuk database dan Borland Delphi 5 sebagai
compiller-nya.
Dari
hasil implementasi sistem, disimpulkan bahwa dengan penggunaan software ini
dapat membantu proses pengambilan keputusan terhadap profile matching proses
kenaikan jabatan dan perencanaan karir di PT. X.
2. DSS berbasis spreadsheet untuk menganalisis
biaya penyelenggaraan pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan memerlukan alat
bantu dalam perencanaan anggaran yang
dapat mensimulasikan pengaruh kebijakan
manajemen terhadap anggaran operasional, dan
menghasilkan informasi keuangan
untuk digunakan dalam menetapkan alternatif pemodelan
anggaran yang akan diterapkan.
Sistem
Pendukung Keputusan yang digunakan adalah DSS berbasis spreadsheet
yang
menggunakan kebijakan manajemen sebagai acuan untuk menentukan besaran
komposisi anggaran operasional pendidikan dari tahun ke tahun dalam bentuk
program
Analisis Anggaran.
Manajemen
dapat melakukan perubahan atas variabel-variabel kebijakan berupa
jumlah
mahasiswa, jumlah dosen, pertumbuhan kelas, pertumbuhan biaya yang
mempengaruhi
anggaran penerimaan dan pengeluaran pada menu proyeksi sehingga
didapatkan
anggaran proyeksi dari tahun ke tahun. Setiap efek perubahan atas variabel
kebijakan akan divisualisasikan dalam bentuk grafik.
4. DSS untuk kelayakan proposal kredit Bank
Rakyat Indonesia
Sekarang ini karena banyaknya perusahaan ataupun pengusaha yang mengajukan
kredit ke
Bank membuat bank tersebut harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap nasabah.
Sebagai
contoh : pemberian kredit Bank Rakyat Indonesia dimana BRI memberikan
kredit
kepada debitur tetapi melalui proses yang harus dilalui. Penyaluran kredit yang
berhasil akan membawa keuntungan yang besar bagi bank. Oleh karenanya BRI harus
benar-benar hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Sebelum menyalurkan kredit
kepada seorang calon debitor, BRI harus menilai dulu kelayakan proposal
kreditnya.
Dengan
adanya perkembangan teknologi komputer di bidang sistem informasi
dirancanglah
suatu Sistem Pendukung Keputusan Spesifik (Specific Decision Support
Systems)
SDSS yang dirancang dengan cara cepat (Quick Hit) dan pendekatan secara
interaktif. Rancangan SDSS (Specific Decision Support Systems) ini menggunakan
perangkat lunak Clipper 5.2 sebagai DSS Tools atau peralatan DSS-nya.
Berdasarkan
hasil uji coba sistem, dapat disimpulkan bahwa aplikasi SDSS ini sangat
membantu dan memudahkan pihak pengambil keputusan dalam tugasnya menilai
kelayakan proposal kredit.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi tersebut, maka perlu adanya suatu sistem
yang dapat membantu
dalam mengukur produktivitas kerja dari departemen-departemen yang ada.
Aplikasi
dari sistem tersebut adalah sebuah aplikasi DSS dengan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Proccess (AHP) untuk pembobotan dan Objectives Matrix
(OMAX)
untuk pengukuran produktivitas. Hasil dari aplikasi yang dibuat adalah
berupa informasi
mengenai kriteria-kriteria apa saja yang mempengaruhi kinerja
hotel.
5.
PENUTUP
-
KESIMPULAN
Demikianlah yang
dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan
dan
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah
ini
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khusus pada penulis.
-
DAFTAR PUSTAKA